Geoweek, Kompas – SEJAk sekitar tahun 1980 perdagangan gading ilegal telah menurunkan dengan drastis populasi gajah Afrika. Menurut World Wide Fund for Nature, jumlah gajah Afrika merosot dari 1,3 juta ekor pada tahun 1979 menjadi 300.000 ekor pada tahun 1998. hilangnya habitat menyumbang dalam penurunan populasi itu, tetapi penyebab utama adalah pemburuan gading liar yang terus berlanjut walaupun tahun 1989 ada larangan internasional untuk perdagangan gading baru.
Dua pon (1 kilogram) gading liar yang dihargai 25 dollar AS di Angola akan mencapai 750 dolar AS di China. Pertumbuhan ekonomi mendorong permintaan akan barang gading ukiran tangan di sana dan di negara-negara Asia lainnya. Pada tahun 2002, Singapra menahan kontainer yang berisi 6,5 ton (5,9 metrik ton) gading, jumlah terbesar sejak larangan perdagangan gading diaktifkan. Kontainer itu dalam perjalanan menuju Jepang.
Ilmuwan di University of Washington Seattle, berhasil mencocokan DNA dari gading di dalam kontainer tersebut dengan jejeka genetik gajah Afrika yang telah mereka susun. Peta itu mengidentifikasikan seluruh isi kontainer merupakan gading dari gajah asal Zambia. Mengetahui asal gading liar dapat membantu pejabat yang berwenang mengidentifikasi “titik panas” di mana mereka dapat memfokuskan upaya pencegahan perburuan liar.
Ilmuwan menggunakan DNA yang berasal dari kotoran gajah untuk menyusun jejak genetika gajah tersebut. Data DNA itu begitu tepat sehingga dapat mengidentifikasi bukan hanya negara, tetapi juga kawasan hutan lindung masing-masing gajah. (NYTNS)
Copyright © 2006 The New York Times Syndicate
Sumber artikel dan gambar : Harian Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk Para Sahabat Aku Sang kejora ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.