Geoweek, Kompas – PERTANYAAN yang mirip judul salah satu buku terkenal peraih Nobel Sastra tahun 1907 kelahiran India, Rudyard Kipling. Just So Stories menjadi contoh yang sempurna bagi seleksi alam. Kadal dengan tanduk panjang dapat bertahan hidup, sementara sepupu mereka yang bertanduk pendek telah ditelan para pemangsa.
kadal bertanduk atau juga sering disebut sebagai kodok bertanduk mendiami padang gurun bagian barat Amerika. Mereka dinamai begitu karena memiliki enam atau lebih tonjolan bertanduk yang muncul di sisi dan belakang kepala mereka. Para ilmuwan mengira tanduk-tanduk itu untuk melindungi diri, tetapi jarang sekali terlihat kadal-kadal itu menggunakan tanduk itu untuk melindungi diri.
Sebuah tim peneliti dari Universitas Negara Utah telah menemukan petunjuk mengenai manfaat tanduk-tanduk itu. Ketika meneliti di padang gurun Arizona, mereka menemukan tulang belulang reptil di semak-semak, semuanya tersangkut di duri dan ranting. Karkasnya telah ditinggalkan oleh burung-burung longerhead shrike (Lanidus ludovicianus), burung seukuran robin, yang diketahui memakan kadal-kadal itu.
Ketika para ilmuwan membandingkan panjang tanduk dari karkas kadal itu dengan kadal yang ditemukan di alam liar, bukti-bukti jelas menunjukan bahwa kadal yang bertahan memiliki tandung lebih panjang dibandingkan dengan kadal yang mati. Seleksi alam dengan bantuan burung-burung shrike tersebut membuat kadal-kada l bertanduk panjang menjadi ciri pembawaan yang lebih baik diantara kadal bertanduk. (NYTNS)
GW1225 Copyright © 2004 The New York Times Syndicate
Sumber artikel dan gambar : Harian Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk Para Sahabat Aku Sang kejora ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.