Minggu, 01 Mei 2011

Di Manakah Sigiriya?


Geoweek, Kompas – DI dataran tinggi di utara Sri Lanka terdapat batu granit setinggi 500 kaki (150 meter), lebih tinggi dari hutan disekitarnya. Batuan padat berwarna merah yang di sebut “Gunung Singa” itu mendominasi lanskap di sana.

Batu itu merupakan pusat perhatian di Sigiriya, ibu kota Raja Kassapa I pada abad ke-5. Raja membangun istana yang diperkuat di atas batu itu selain kota yang menglilingi dasar batu tersebut. Sigiriya terkenal karena taman-taman berteras dan saluran pengairan yang detail, termasuk kanal, penampungan air di bawah tanah dan air mancur.


Tampilan lain Sigiriya yang menakjubkan adalah singa raksasa dari batu yang dibangun di dasar alah satu sudut batu itu. Sebuah tangga menuju ke puncak gunung berawal di antara cakar singa dan menuju ke mulutnya. Kini yang tersisa hanya kaki-kaki dan beberapa anak tangga pertama singa itu.

Kira-kira separuh perjalanan di sisi batu terdapat cermin dinding dari lapisan mengilat dan halus. Dinding itu ditutupi grafiti dari para pengunjung yang datang ke lokasi antara abad ke-6 dan abad ke-14. banyak tulisan itu berupa puisi dan termasuk tulisan tertua dalam bahasa Sinhalese.

Hampir dua lusin lukisan dinding yang tersisa dari semula 500 lukisan yang menghiasi dinding batu raksasa itu. Lukisan-lukisan dinding itu dikenal sebagai “The Maidens of the Sky” memperlihatkan sosok-sosok feminim yang banyak orang mempercayai merupakan cerminan apsara (sosok dari surga).

Lukisan dinding itu dilukis dengan pewarna yang dicampur lempung basah dan membuat kawasan itu mendapat pengakuan internasional karena keindahannya yang unik dan keterampilan teknis para pelukisnya.

Sigiriya menjadi biara pemeluk Buddha setelah Kassapa meninggal, tetapi akhirnya ditinggalkan. Tempat itu telah menjadi puing pada tahun 1895 ketika ditempatkan arkeolog Inggris, HCP Bell.

Banyak bagian di Sigiriya telah direstorasi dan tempat itu dikunjungi ratusan ribu orang setiap tahunnya. Sigiriya dijadikan Warisan Cagar Budaya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1982.

Copyright © 2009 The New York Times Syndicate


Sumber artikel dan gambar : Harian Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk Para Sahabat Aku Sang kejora ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...