Geoweek, Kompas – TAHUN 1997 ahli burung (ornitolog) Bob Ridgley tidak sengaja menemukan burung sebesar buah melon yang berjalan di atas tanah di hutan berkabut Ekuador. Ini adalah temuan atas jenis burung pemakan semut yang sebelumnya tidak dikenal dengan bentuk tubuh membulat serta kaki yang lincah untuk melompat-lompat di lantai hutan. Ridgley pertama-tama mendengar suara burung itu sebelum dia melihatnya, dan suara burung itu yang aneh menyebabkan burung itu mendapat nama burung “menyalak”.
Penemuan Jocotoco antpitta (Grallaria ridgelyi) memicu upaya melestarikan kantong-kantong hutan kabut di Ekuador untuk melindungi burung langka ini dan jenis-jenis hewan lain yang terancam punah. Yayasan swasta membeli beribu-ribu hektar lereng barat Pegunungan Andes dan menjalankan kawasan itu sebagai kawasan pelestarian lingkungan.
Suaka Cerro Tapichalaca di selatan Ekuador adalah kawasan lindung pertama, didirikan untuk melindungi setidaknya selusin pasang burung menyalak. Beberapa kawasan lindung lainnya telah didirikan dan menjadi tempat tinggal untuk hampir 700 jenis burung. Sekitar 40 jenis merupakan jenis yang secara global terancam punah dan sekitar 100 jenis di antaranya jenis yang memiliki habitat terbatas. Kawasan suaka ini juga membantu melindungi berjenis-jenis tumbuhan dan hewan-hewan besar.
“Hutan Kabut” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bagian dari hutan tropis pada ketinggian 3.280 kaki hingga 8.200 kakai (1.000-2.500 meter). Hutan kabut sangat basah, memiliki berjenis-jenis tanaman yang sangat khusus dan kerap diselimuti abut bahkan pada musim kering. (NYTNS)
Copyright © 2006 The New York Times Syndicate
Sumber artikel dan gambar : Harian Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk Para Sahabat Aku Sang kejora ;
Silahkan berikan komentar sebagai kenangan bahwa Anda pernah berkunjung di sini. Komentar juga berguna sebagai motivasi dan koreksi jika ada kesalahan dalam pembuatan posting di blog saya yang sederhana ini.
Terima kasih.